Kamis, 04 Juli 2013

Baterai Kering Ramah Lingkungan

Bisa Diisi Ulang, Baterai Kering Ramah Lingkungan Dari Biji Nyamplung

Tiga mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga (FKM-Unair) berhasil membuat baterai kering (dry cell) ramah lingkungan. Mereka adalah M. Ridwan Arifin (2008), Atina Husnayatin (2011) dan Muthmainnah Windawati (2001). Ketiganya mengaku menciptakan baterai ramah lingkungan dari biji tanaman Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.) dilatarbelakangi oleh banyaknya pemakaian baterai AA sekali pakai di pasaran yang tidak ramah lingkungan. “Baterai sekali pakai berbahaya bagi lingkungan, setelah habis lalu dibuang, padahal di dalamnya terdapat senyawa berbahaya yang tidak gampang terurai misalnya katnium, timbal dan sebagainya,” ungkap Ridwan. Lebih lanjut, ia mengungkapkan bahaya baterai kering bila asal dibuang dan terkena air atau panas dapat meledak.

Konsumsi baterai kering sekali pakai tiap tahunnya bisa mencapai 500 juta buah, oleh karena itu Ridwan dan teman-temannya memperoleh ide untuk menciptakan baterai yang bisa diisi ulang untuk menekan limbah baterai. “Kita lalu mencari bahan yang bisa mengganti serbuk karbon pada baterai sekali pakai. Akhirnya kita dapat biji nyamplung,” kata Ridwan. Dari hasil penelitian sebelumnya, ia menuturkan bahwa nyamplung sudah dipakai sebagai bahan baku untuk bensin. “Kita lalu mengkaji ulang senyawa asam apa yang cocok. Ternyata, kandungan asam kalofilat dan asam takawahol pada biji nyamplung berpotensi untuk menjadi pengganti pasta karbon baterai,” jelasnya.

Setelah melakukan pengujian, didapatkan bahwa kuat arus baterai nyamplung hampir mendekati baterai komersial. “Baterai nyamplung voltasenya 1,45 volt. Hanya terpaut 0,05 volt. dari baterai ABC,” ungkap Ridwan. Selain itu, kuat arus baterai nyamplung  juga terpaut sedikit dengan baterai biasa yaitu 0,055 A dengan 0,06 A. Ridwan menuturkan pembuatan baterai nyamplung berasal dari biji yang ditumbuk halus setelah melalui proses pengeringan. “Jika dijemur dibawah sinar matahari langsung memakan waktu 3 hari, tapi bisa lebih cepat bila memakai oven,” tuturnya.

Baterai nyamplung bermerk ”Brain” itu dinilai Ridwan banya memiliki keunggulan. “Pertama harganya jauh lebih murah, harga satu baterai hanya 30 rupiah. Selain itu, baterai tersebut juga bisa diisi ulang, sehingga kalau habis tidak langsung dibuang,” katanya. Menurutnya, baterai itu akan menjadi solusi bagi daerah terpencil yang sulit untuk mengakases listrik bila jadi diproduksi masal. “Untuk isi ulangnya, kita hanya butuh serbuk baru lalu dimasukkan ke baterai dan ditutup kembali,” katanya.

Sudah Dilirik Perusahaan

Dari hasil penelitan itu, Ridwan dan teman-temannya mengaku sudah dilirik oleh perusahaan. “Kita baru saja memulai penjajakan kerja sama dengan PT. Infoma, salah satu perusahaan hardware telekomunikasi di bidang renewable energy. Semoga langkah berikutnya bisa diproduksi masal,” ungkap Ridwan yang saat ini dengan teman se-tim nya sedang mengurus paten produk mereka.

Ridwan menjelaskan penelitian mereka masih akan berlanjut. “Tahap berikutnya adalah untuk membuat baterai ini tahan lama. Karena di penelitian awal ketahanan baterai yang kami ujikan pada jam beker hanya 17 hari saja,” ucapnya. Ridwan mengaku akan mencari tambahan bahan untuk dicampurkan pada serbuk biji nyamplung agar lebih tahan lama. “Selama ini kami masi murni tanpa tambahan bahan apapun,” ucapnya.

Penelitian itu mereka tuangkan dalam Program Kreativitas Mahasiswa Penelitian (PKMP) Meski tahun ini PKM mereka tidak lolos PIMNAS, mereka telah menorehkan prestasi di bidang penalaran mahasiswa. Tercatat, mereka pernah meraih juara III Pekan Ilmiah Mahasiswa (PIM) internal Unair, Finalis LKTI Universitas Al-Azhar dan finalis di ajang Mipa Untuk Negeri (MUN).

Referensi : http://radiounair.com/

Rabu, 20 Maret 2013

Mengapa Orang Melakukan Kejahatan?

Oleh: Margaretha

Dosen Psikologi Forensik, Fakultas Psikologi Universitas Airlangga, Surabaya

good-evil

Apa yang menyebabkan sebagian individu bisa melakukan kekerasan, penipuan, dan merugikan orang lain sedang yang lain tidak melakukan kejahatan pada orang lain? Tulisan pendek ini akan mengulas definisi, bentuk dan beberapa penjelasan Psikologi yang sering digunakan untuk menjelaskan perilaku kejahatan

Definisi kejahatan

Ketika berbicara tentang kejahatan, sebenarnya banyak hal yang dapat diulas. Paling tidak dimulai dengan definisi kejahatan. Kejahatan sering diartikan sebagai perilaku pelanggaran aturan hukum akibatnya seseorang dapat dijerat hukuman. Kejahatan terjadi ketika seseorang melanggar hukum baik secara langsung maupun tidak langsung, atau bentuk kelalaian yang dapat berakibat pada hukuman. Dalam perspektif hukum ini, perilaku kejahatan terkesan aktif, manusia berbuat kejahatan. Namun sebenarnya “tidak berperilaku” pun bisa menjadi suatu bentuk kejahatan, contohnya: penelantaran anak atau tidak melapor pada pihak berwenang ketika mengetahui terjadi tindakan kekerasan pada anak di sekitar kita.
Adapula perspektif moral. Perilaku dapat disebut sebagai kejahatan hanya jika memiliki 2 faktor: 1) mens rea (adanya niatan melakukan perilaku), dan 2) actus reus (perilaku terlaksana tanpa paksaan dari orang lain). Contohnya: pembunuhan disebut kejahatan ketika pelaku telah memiliki niat menghabisi nyawa orang lain, serta ide dan pelaksanaan perilaku pembunuhan dimiliki pelaku sendiri tanpa paksaan dari orang lain. Jika pelaku ternyata memiliki gangguan mental yang menyebabkan niatnya terjadi diluar kesadaran, contoh: perilaku kejahatan terjadi pada saat tidur atau tidak sadar, maka faktor mens rea-nya dianggap tidak utuh, atau tidak bisa secara gamblang dinyatakan sebagai kejahatan, karena orang dengan gangguan mental tidak bisa dimintai pertanggungjawaban atas perilakunya (Davies, Hollind, & Bull, 2008).

Bentuk kejahatan

Selanjutnya, ketika membicarakan kejahatan kita juga perlu mengidentifikasi pelaku dan korban. Pelaku adalah orang yang melakukan tindakan melanggar hak dan kesejahteraan hidup seseorang, sedangkan korban adalah orang yang terlanggar hak dan kesejahteraan hidupnya. Pada kasus pidana, identifikasi akan berkaitan dengan pembuatan tuntutan dan pertanggungjwaban hukum. Walaupun begitu, terkadang tidak mudah mengidentifikasi pelaku dan korban, terutama pada kasus dimana pelaku adalah korbannya juga, contohnya: pelaku prostitusi sebenarnya juga adalah korban dari perilakunya.
Kejahatan secara umum dapat dibedakan dalam beberapa macam: kejahatan personal (pelaku dan korban kejahatan adalah sama), interpersonal (ada pelaku yang merugikan orang lain), dan kejahatan sosial masyarakat (efek kejahatan pelaku merugikan kehidupan orang banyak di masyarakat). Dari segi pelaksanaannya kejahatan juga bisa dibagi menjadi kejahatan terorganisir (sering disebut kejahatan “kerah putih” yang memiliki sistem dan perencanaan serta keahlian dalam melakukan kejahatan) dan tidak teroganisir (kejahatan yang dilakukan tanpa perencanaan dan dilakukan oleh orang yang belum punya keahlian khusus atau amatir). Secara pidana, ada beberapa contoh perilaku kejahatan: pembunuhan, tindak kekerasan, pemerkosaan, pencurian, perampokan, perampasan, penipuan, penganiayaan, penyalahgunaan zat dan obat, dan banyak lagi yang lain.

Teori kejahatan

Begitu banyaknya bentuk dan macam kejahatan, maka menarik untuk mengetahui apa hal yang menyebabkan orang bisa melakukan tindak kejahatan. Sebenarnya sejak dulu manusia berusaha menjelaskan mengapa beberapa orang menjadi penjahat. Penjelasan paling awal adalah Model Demonologi. Dulu dianggap bahwa perilaku kriminal adalah hasil dari pengaruh roh jahat. Maka cara untuk menyembuhkan gangguan mental dan perilaku jahat adalah mengusir roh kejahatan, biasanya dilakukan dengan beberapa cara menyiksa, mengeluarkan bagian tubuh yang dianggap jahat (misalkan darah, atau bagian organ tubuh lainnya).
Namun dalam kajian Psikologi Forensik, dikenal beberapa pendekatan teoritis yang digunakan untuk menjelaskan perilaku kejahatan: Kriminologi awal (Cesare Lombroso), Psikoanalisa (Sigmund Freud), dan Teori Bioekologi-Sosial.
Cesare Lombroso adalah seorang kriminolog Italia yang pada tahun 1876 menjelaskan teori ‘determinisme antropologi’ yang menyatakan kriminalitas adalah ciri yang diwariskan atau dengan kata lain seseorang dapat dilahirkan sebagai “kriminal”. Ciri kriminal dapat diidentifikasi dengan ciri fisik seseorang, contohnya: rahang besar, dagu condong maju, dahi sempit, tulang pipi tinggi, hidung pipih atau lebar terbalik, dagu besar, sangat menonjol dalam penampilan, hidung bengkok atau bibir tebal, mata licik, jenggot minim atau kebotakan dan ketidakpekaan terhadap nyeri, serta memiliki lengan panjang. Ia menyimpulkan juga kebanyakan kejahatan dilakukan oleh laki-laki. Perempuan yang melakukan kejahatan artinya terjadi degenarasi atau kemunduran. Ia berpandangan harusnya sikap pasif, kurangnya inisiatif dan intelektualitas perempuan membuatnya sulit melakukan kejahatan.
Sigmund Freud dalam perspektif Psikoanalisa memiliki pandangan sendiri tentang apa yang menjadikan seorang kriminal. Ketidakseimbangan hubungan antara Id, Ego dan Superego membuat manusia lemah dan akibatnya lebih mungkin melakukan perilaku menyimpang atau kejahatan. Freud menyatakan bahwa penyimpangan dihasilkan dari rasa bersalah yang berlebihan sebagai akibat dari superego berlebihan. Orang dengan superego yang berlebihan akan dapat merasa bersalah tanpa alasan dan ingin dihukum; cara yang dilakukannya untuk menghadapi rasa bersalah justru dengan melakukan kejahatan. Kejahatan dilakukan untuk meredakan superego karena mereka secara tidak sadar sebenarnya menginginkan hukuman untuk menghilangkan rasa bersalah.
Selain itu, Freud juga menjelaskan kejahatan dari prinsip “kesenangan”. Manusia memiliki dasar biologis yang sifatnya mendesak dan bekerja untuk meraih kepuasan (prinsip kesenangan). Di dalamnya termasuk keinginan untuk makanan, seks, dan kelangsungan hidup yang dikelola oleh Id. Freud percaya bahwa jika ini tidak bisa diperoleh secara legal atau sesuai dengan aturan sosial, maka orang secara naluriah akan mencoba untuk melakukannya secara ilegal. Sebenarnya pemahaman moral tentang benar dan salah yang telah ditanamkan sejak masa kanak harusnya bisa bekerja sebagai superego yang mengimbangi dan mengontrol Id. Namun jika pemahaman moral kurang dan superego tidak berkembang dengan sempurna, akibatnya anak dapat tumbuh menjadi menjadi individu yang kurang mampu mengontrol dorongan Id, serta mau melakukan apa saja untuk meraih apa yang dibutuhkannya. Menurut pandangan ini, kejahatan bukanlah hasil dari kepribadian kriminal, tapi dari kelemahan ego. Ego yang tidak mampu menjembatani kebutuhan superego dan id akan lemah dan membuat manusia rentan melakukan penyimpangan.
Dari perspektif Belajar Sosial, Albert Bandura menjelaskan bahwa perilaku kejahatan adalah hasil proses belajar psikologis, yang mekanismenya diperoleh melalui pemaparan pada perilaku kejahatan yang dilakukan oleh orang di sekitarnya, lalu terjadi pengulangan paparan yang disertai dengan penguatan atau reward; sehingga semakin mendukung orang untuk mau meniru perilaku kejahatan yang mereka lihat. Contohnya: jika anak mengamati orang tuanya mencuri dan memahami bahwa mencuri uang menimbulkan reward positif (punya uang banyak untuk bersenang-senang); maka anak akan mau meniru perilaku mencuri. Di sisi lain, perilaku yang tidak diikuti dengan reward atau menghasilkan reaksi negatif maka anak belajar untuk tidak melakukan; atau dengan kata lain meniru untuk tidak mengulangi agar menghindari efek negatif. Dalam perspektif ini, Bandura percaya bahwa manusia memiliki kapasitas berpikir aktif yang mampu memutuskan apakah akan meniru atau tidak mengadopsi perilaku yang mereka amati dari lingkungan sosial mereka.
Teori Sosial menjelaskan bahwa perilaku kejahatan adalah hasil kerusakan sistem dan struktur sosial. Seorang penjahat dari keluarga yang bercerai, mengalami masa kecil yang sulit, hidup di lingkungan sosial yang miskin dan banyak terjadi pelanggaran hukum, tidak memiliki pendidikan yang baik, memiliki gangguan fisik dan mental dan berbagai kesulitan psikososial lainnya. Dalam perspektif ini, kesannya individu dilihat sebagai pasif bentukan sistem di sekelilingnya. Namun sebenarnya pada pendekatan Bioekologis oleh Urie Brofenbenner, terdapat interaksi faktor personal (si individu itu sendiri, termasuk di dalamnya aspek kepribadian, trauma, aspek biologis) dengan faktor sistem sosial di sekelilingnya. Artinya perilaku kejahatan akan muncul sebagai interaksi antara faktor personal dan faktor lingkungan yang harus dapat diidentifikasi. Contohnya: seseorang yang memiliki gangguan kepribadian, pernah mengalami pola pengasuhan traumatis dan saat ini hidup di lingkungan yang tidak peduli hukum dapat membuatnya lebih mudah melakukan kejahatan.

Apakah semua kejahatan harus diperlakukan sama?

Kejahatan memiliki bentuk yang berbeda-beda. Bahkan perilaku kejahatan yang sama dapat didasari oleh alasan yang berbeda. Misalkan perlaku mencuri, seorang melakukannya untuk bertahan hidup, sedang yang lain untuk mencari uang sebanyak mungkin agar bisa menghindari pekerjaan sesedikit mungkin. Berbagai penjelasan teori kejahatan di atas dapat digunakan untuk memahami kasus-kasus kejahatan. Mengapa dan bagaimana perilaku kejahatan dapat muncul dalam suatu kasus kejahatan. Kepekaan dan keahlian dalam memilah-milah perspektif teori dalam menjelaskan kejahatan sangat dibutuhkan dalam mencari titik terang suatu kasus kejahatan. Dengan pemahaman tersebut, harapannya, juga bisa dipahami bagaimana masing-masing harus diperlakukan dan diberikan konsekuensi hukum serta rehabilitasi psikologisnya. Proses koreksi dan rehabilitasi perilaku kejahatan sebaiknya dilakukan berdasarkan penjelasan perilaku kejahatan yang akurat dan tepat.

Referensi:

Davies, G., Hollin, C., & Bull, R. (2008). Forensic Psychology. John Wiley; Sussex

Apa itu Prokrastinasi?

Lakukan Sekarang dan Saat Ini Juga

Apakah anda sering merasakan tekanan saat deadline tugas anda mendekat? Pernahkah anda merasa bahwa tugas yang anda miliki terlalu banyak dan menumpuk begitu tingginya? Atau apakah anda sering diperingatkan oleh atasan anda untuk segera menyelesaikan tugas tersebut? Jika anda mengalami hal-hal diatas, mungkin anda merupakan orang yang sering melakukan prokrastinasi. Banyak dari kita pernah melakukan prokastinasi dalam kesehariannya. Hal ini merupakan sesuatu yang lumrah, namun beberapa orang merasa sangat sulit melepaskan dirinya dari prokrastinasi ini.


Apa itu prokrastinasi?

Secara umum, prokrastinasi dapat berarti menunda untuk memulai atau menyelesaikan sesuatu yang secara sadar telah kita setujui untuk kita kerjakan. Prokrastinasi berbeda dengan melakukan pekerjaan lain dikarenakan prioritas pekerjaan lain tersebut lebih tinggi dibandingkan pekerjaan yang sedang dilakukan.
Menunda melakukan pekerjaan dapat mengurangi kecemasan terhadap pekerjaan tersebut, kebosanan, atau perasaan tidak nyaman berkaitan dengan pekerjaan tersebut. Penundaan ini dapat memberikan efek tenang sejenak yang membuat kita merasa nyaman. Oleh karenanya, tidaklah heran mengapa banyak orang yang sering melakukan prokrastinasi atau bahkan tidak dapat lepas dari kebiasaan buruk ini. Meskipun dapat memberikan rasa nyaman, pada akhirnya prokrastinasi hanya akan menimbulkan kerugian jangka panjang serta dapat menyebabkan penurunan produktivitas, menyebabkan stres, dan dapat pula menyebabkan rasa bersalah bagi orang yang melakukannya.
Prokrastinator biasanya sangat ahli dalam membuat alasan untuk menunda pekerjaan yang harus dilakukannya. Mereka sering berdalih bahwa mereka tidak mempunyai waktu untuk melakukan pekerjaan tersebut, pekerjaan tersebut kurang penting, atau mereka akan melakukannya saat suasana hati mereka sedang baik.

Mengapa kita melakukannya?

Prokrastinasi merupakan celah yang berada di antara tujuan dan tindakan kita. Kita memiliki tujuan untuk bertindak, namun saat waktunya tiba kita tersesat dalam pertimbangan kita dan membuat alasan-alasan untuk membenarkan penundaan yang sebenarnya tidak perlu.
Ada tiga alasan dasar mengapa kita melakukan prokrastinasi. Pertama, kita sering menunda pekerjaan yang tidak kita sukai. Pekerjaan yang tidak kita sukai atau menantang membuat kita merasa tidak nyaman. Kita sering menganggap bahwa tugas tersebut sangat berat dan sulit untuk dilakukan. Seringkali hal ini memunculkan emosi negatif pada diri kita. Tentunya, hal ini tidak kita inginkan dan yang kita inginkan adalah membuat diri kita merasa baik saat ini juga. Oleh karenanya kita berusaha membuat diri kita merasa lebih baik dengan menunda pekerjaan tersebut. Meskipun, pada akhirnya penundaan tersebut akan membawa lebih banyak kerugian pada diri kita nantinya.
Kedua, kita memiliki niat yang lemah untuk melakukan suatu pekerjaan. Kita tidak benar-benar bersungguh-sungguh mengerjakan tugas tersebut, sehingga kita sering berkata pada diri kita sendiri seperti “aku akan menyelesaikannya bulan ini” atau “aku akan mengerjakannya nanti”.
Ketiga, kita mudah sekali untuk terdistraksi. Banyak sekali hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian kita dari pekerjaan yang harus kita kerjakan. Hal-hal penyebab distraksi tersebut dapat berupa notifikasi pada sosial media, pesan singkat dari teman kita, atau video menarik pada jejaring sosial.

Bagaimana cara mengatasinya?

Salah satu cara yang sederhana dan efektif untuk mengatasi prokrastinasi adalah dengan segera memulainya. Bila anda mendapati diri anda berpikir “saya sedang tidak berada pada suasana hati yang bagus untuk mengerjakannya” atau “saya bekerja lebih baik dibawah tekanan”, maka sadarilah bahwa saat itu anda sedang akan melakukan prokrastinasi. Dengan menyadari perasaan dan pikiran tersebut, anda akan lebih mudah menangani godaan untuk menunda pekerjaan anda.
Cara lainnya adalah dengan melakukan pekerjaan kita secara perlahan. Kita tidak perlu melakukan kemajuan besar dalam melakukan pekerjaan, cukup dengan langkah-langkah kecil menuju tujuan kita. Dengan melakukan langkah-langkah kecil ini, pekerjaan kita akan terlihat lebih mudah dan kita lebih termotivasi untuk menyelesaikannya.
Kita juga dapat mengatasi prokrastinasi dengan mengurangi distraksi di sekitar kita. Kita dapat menghilangkan distraksi tersebut seperti membuat aturan bagi diri kita sendiri untuk tidak menyalakan ponsel ketika sedang melakukan pekerjaan. Kita juga dapat menggunakan distraksi tersebut sebagai hadiah bagi kita jika kita telah menyelesaikan pekerjaan kita. Misalnya kita dapat menggunakan ponsel setelah satu jam bekerja atau bermain game setelah menulis satu halaman artikel, dsb.

Editor/Penulis:
Brian P.A. (Unit Fac. Ambassador)

Sumber:
http://www.psychologytoday.com/

Kamis, 17 Januari 2013

Presiden SBY pun gulung celana kena banjir di Istana

Tak cuma obyek-obyek vital di Jakarta yang terkena banjir, Istana Presiden pun juga kena banjir. Bahkan banjir di kompleks Istana mencapai 30 centimeter.

Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) pagi ini pun memantau banjir di Istana. Kepala Negara tampak menggulung celananya yang berwarna abu-abu, didampingi oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan sejumlah staf, Presiden tampak memantau banjir yang menggenangi Wisma Negara.

Juru Bicara Presiden Julian Aldrin Pasha dalam pesan singkatnya kepada merdeka.com mengatakan, Presiden SBY tidak mempermasalahkan banjir menggenang hingga Istana.

"Tadi sejam lalu, Bapak Presiden meninjau beberapa titik yang terendam cukup tinggi sekitar 30 cm di sekitar Wisma Negara, yang berada di tengah Istana Merdeka dan Istana Negara," kata Juru Bicara Presiden, Julian Aldrin Pasha dalam pesan singkatnya kepada merdeka.com, Kamis (17/1).

"Namun sekarang telah surut," kata Julian.

Namun demikian, meski kantornya kebanjiran, Presiden SBY tidak mempermasalahkan. Yang penting, menurut SBY rakyat yang juga terkena banjir mendapatkan bantuan.

Presiden tidak masalah Istana banjir. Yang penting rakyat yang terkena banjir segera mendapat bantuan. Presiden telah menginstruksikan KASAD di Istana Merdeka  agar jajaran TNI segera bertindak membantu di daerah yang terkena banjir," tutup Julian.
Sumber: Merdeka.com

Banjir Jakarta Bukan Karena Hujan Deras

TEMPO.CO, Jakarta - Curah hujan yang turun sepanjang dua hari terakhir ternyata lebih kecil jika dibandingkan dengan data curah hujan harian saat terjadi banjir besar pada 2007. Namun dampaknya hampir setara. Luapan Sungai Ciliwung merendam kawasan di Jatinegara dan daerah lain yang dilintasinya. Ini persis sama seperti ketika banjir besar melanda Jakarta lima tahun lalu.  
Secara keseluruhan, banjir merendam hingga 50 kelurahan di Ibu Kota, Selasa lalu. Sampai Rabu 16 Januari 2013, banjir masih bertahan di sejumlah tempat dan memutus ruas jalan, seperti jalan Tangerang-Jakarta di kawasan Ciledug. Total, hampir 10 ribu orang mengungsi.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan curah hujan harian tertinggi di Jakarta pada Selasa dan Rabu pagi hanya sekitar 100 milimeter. Angka itu jauh lebih rendah dibanding rekor curah hujan tertinggi dalam satu hari yang terjadi pada Januari 2007 yang mencapai 340 milimeter. Curah hujan sepanjang Januari ini yang diprediksi 300-400 mm juga dianggap masih normal.
Curah hujan di kawasan Puncak juga lebih rendah dibandingkan lima tahun lalu. Pada 2007 lalu, curah hujan selama sebulan di kawasan Puncak bahkan bisa mencapai 640 mm, dengan curah hujan maksimum harian adalah 136 mm.
Sementara sekarang, hujan sepanjang tiga hari lalu jauh lebih sedikit. »Senin sebesar 22,6 mm, Selasa 74,2 mm, dan Rabu 61,4 mm,” kata Kepala Stasiun Klimatologi Kelas 1 Darmaga Bogor, Nuryadi, Rabu 16 Januari 2013.
Ini membuktikan bahwa banjir di Jakarta adalah akibat debit Ciliwung meningkat drastis. Kenaikan debit Ciliwung ini terkait dengan rusaknya kawasan hulu sungai itu di Puncak.
Kepala Pusat Studi Bencana Institut Pertanian Bogor, Euis Sunarti, membenarkan. Menurutnya, meski curah hujan di kawasan hulu Ciliwung-Cisadane lebih kecil, dampak ke Jakarta lebih hebat karena daya serap air di kawasan Puncak, Bogor, sudah semakin lemah. Berdasarkan kajian dengan citra satelit, keseimbangan ekologis kawasan Puncak pada awal tahun ini merosot hingga 50 persen dibanding pada 15 tahun sebelumnya.
Pada saat yang sama, sungai-sungai di Jakarta semakin kehilangan kemampuan mengalirkan air hingga 70 persen karena penyempitan dan pendangkalan. Kondisi ini dan yang terjadi di Puncak bermuara pada banjir di Jakarta yang semakin parah.
ANTON WILLIAM | ADITYA BUDIMAN | ARIHTA U SURBAKTI | ANDI PERDANA | ANGGRITA DESYANI | AYU CIPTA | WURAGIL | DRIYAN (PDAT)

Mimpi Soekarno pindahkan ibu kota ke Palangkaraya

Jakarta sebagai ibu kota negara kini sudah tidak ideal lagi. Kota ini menyimpan segudang masalah. Mulai dari kemacetan akut, kepadatan penduduk, pembangunan tak terencana hingga banjir yang selalu mengintai jika musim hujan datang.

Presiden Soekarno pada tahun 1950-an sudah meramalkan Jakarta akan tumbuh tak terkendali. Soekarno dulu punya mimpi memindahkan ibu kota Republik Indonesia dari Jakarta ke Palangkaraya, Kalimantan Tengah.

Mengapa Palangkaraya? Ada beberapa pertimbangan Soekarno. Pertama Kalimantan adalah pulau terbesar di Indonesia dan letaknya di tengah-tengah gugus pulau Indonesia. Kedua menghilangkan sentralistik Jawa.

Selain itu, pembangunan di Jakarta dan Jawa adalah konsep peninggalan Belanda. Soekarno ingin membangun sebuah ibu kota dengan konsepnya sendiri. Bukan peninggalan penjajah, tapi sesuatu yang orisinil.

"Jadikanlah Kota Palangkaraya sebagai modal dan model," ujar Soekarno saat pertama kali menancapkan tonggak pembangunan kota ini 17 Juli 1957.

Satu hal lagi, seperti Jakarta yang punya Ciliwung, Palangkaraya juga punya  punya sungai Kahayan. Soekarno ingin memadukan konsep transportasi sungai dan jalan raya, seperti di negara-negara lain.

Soekarno juga ingin Kahayan secantik sungai-sungai di Eropa. Di mana warga dapat bersantai dan menikmati keindahan kota yang dialiri sungai.

"Janganlah membangun bangunan di sepanjang tepi Sungai Kahayan. Lahan di sepanjang tepi sungai tersebut, hendaknya diperuntukkan bagi taman sehingga pada malam yang terlihat hanyalah kerlap-kerlip lampu indah pada saat orang melewati sungai tersebut," kata Soekarno.

Untuk mewujudkan ide itu Soekarno bekerjasama dengan Uni Soviet. Para insinyur dari Rusia pun didatangkan untuk membangun jalan raya di lahan gambut. Pembangunan ini berjalan dengan baik.

Tapi seiiring dengan terpuruknya perekonomian Indonesia di awal 60an, pembangunan Palangkaraya terhambat. Puncaknya pasca 1965, Soekarno dilengserkan. Soeharto tak ingin melanjutkan rencana pemindahan ibukota ke Kalimantan. Jawa kembali jadi sentral semua segi kehidupan.

Kini Jakarta makin semrawut, sementara pembangunan di  Palangkaraya berjalan lambat. Hampir tak ada tanda kota ini pernah akan menjadi ibukota RI yang megah.

Hanya sebuah monumen berdiri menjadi pengingat Soekarno pernah punya mimpi besar memindahkan ibukota ke Palangkaraya.
Sumber: Merdeka.com